Ulama Plus Aktivis Lingkungan dari Lombok Sebar Bibit hingga Luar Negeri

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
SALAM SEJAHTERA untuk kita semua pembaca sekalian kali ini  BERITA LOMBOK akan menyampaikan berita terkait Ulama Plus Aktivis Lingkungan dari Lombok Sebar Bibit hingga Luar Negeri, simak berita selengkapnya berikut ini.

Tuan Guru Hasanain Juaini bukan ulama biasa. Selain giat berdakwa melalui mimbar, dia juga aktivis lingkungan yang gigih mengajak masyarakat melakukan penghijauan. Setiap tahunnya, Pengasuh Pesantren Nurul Haramain, Narmada, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu menyiapkan sejuta bibit pohon untuk dibagikan gratis.
Ulama Plus Aktivis Lingkungan dari Lombok Sebar Bibit hingga Luar Negeri
USTAZ HIJAU: Tuan Guru Hasanain Juaini menunjukkan bibit tanaman di Kompleks Madani Super Camp, Pesantren Nurul Haramain, Kecamatan Narmada, Lombok Barat, NTB.(KHAFIDLUL ULUM/JAWAPOS)

USAI salat Subuh, Jumat (23/12), Tuan Guru Hasanain langsung pergi ke samping rumahnya yang tak jauh dari Pasar Narmada. Dia masih mengenakan baju koko dan sarung. Tangannya mengambil bibit tanaman dan dimasukkan ke polybag. Media tanam yang terbuat dari plastik hitam itu dijejer di sepanjang dinding rumah dan pagar.

Berbagai macam jenis bibit dia tanam. Ada sirsak, mangga, rambutan, cabai, dan lainnya. Semua tanaman itu tumbuh subur di sekitar rumah. Di depan rumahnya yang sederhana itu, terlihat pohon besar yang sudah berbuah. Misalnya, pohon delima, dan pohon rambutan.

Pekarangan rumah hanya salah satu lokasi yang dijadikan pembibitan. Tempat paling besar yang digunakan pembibitan adalah kompleks Pesantren Nurul Haraiman putra. Di tempat itu, Hasanain menggelorakan semangat penghijauan untuk masyarakat Lombok. Setiap tahun, dia menyiapkan satu juta bibit pohon. Khususnya pohon produktif yang bisa cepat panen. Yaitu, pohon sengon, jabon, gmelina, mahoni, kayu putih, jati, dan cengkih. Ada pula pohon buah, seperti manggis, durian, mangga, rambutan, kelengkeng, dan tanaman lainnya. ”Bibit ini kami bagikan gratis. Siapa pun bisa mengambil,” ucapnya saat ditemui Jawa Pos – Kaltim Post Group -- Jumat lalu di rumahnya.

Setelah menyalurkan hobinya itu, dia istirahat sejenak. Sekitar pukul 11.00, alumnus Pesantren Darussalam Gontor itu berangkat ke Mataram. Dia mempunyai jadwal menjadi khatib Jumat di salah satu masjid di ibu kota provinsi NTB itu. Usai menyampaikan ceramah Jumat, kiai yang lahir pada 17 Agustus 1964 itu mengajak Jawa Pos melihat langsung hasil penghijauan yang dia lakukan.

Tempatnya di pegunungan Desa Sedau, Narmada. Jaraknya sekitar 8 kilometer dari Pasar Narmada. Kompleks seluas 65 hektare itu ia beri nama Madani Super Camp Nurul Haramain. Hasanain menyetir sendiri mobil Toyota Innova untuk mencapai lokasi tersebut. Hujan deras mengguyur wilayah Lombok Barat dan sekitarnya. Untuk mencapai supercamp harus melewati jalan tanah yang cukup terjal dan licin penuh lumpur. ”Ini sudah bagus. Dulu ini hanya jalan setapak,” terang dia. Hasanain lah yang bersusah payah membuat jalan yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari jalan aspal kecamatan. Dia harus meminta izin pemilik tanah atau warga setempat untuk melebarkan jalan. Setelah mendapatkan izin, ia lantas melebarkan jalan, sehingga akses itu bisa dilewati mobil dan truk.

Sekitar 30 menit, kami akhirnya sampai di kompleks Hutan Madani Super Camp. Tebing ditembok dengan batu agar tidak longsor. Terdapat lapangan cukup luas untuk kegiatan para santri dan pengunjung. Ada beberapa gazebo yang sudah jadi dan yang masih dibuat. Sebuah pendopo juga sudah berdiri kokoh. Di tempat itu juga terdapat asrama yang mampu menampung 300 orang.

Dan yang tidak kalah menarik adalah pohon-pohon yang berjejer rapi dan sangat lebat. Hampir semua lahan dipenuhi pohon. ”Ini pohon yang kami tanam,” terang pria yang menyelesaikan studi magister di Fakultas Hukum, Universitas Mataram, itu. Dulunya lahan yang sudah ia beli itu sangat gersang. Hutan yang dekat jurang itu gundul. Sekarang kondisi berubah total sejak dia melakukan penanaman pohon. Hasil pohon digunakan untuk membangun gazebo, asrama, dan juga dijual. Masyarakat juga mengikuti jejaknya dan mendapatkan manfaat dari menanam pohon.

Dia mulai menggelorakan penghijauan sejak 2000, setelah melihat banyak hutan yang rusak dan gundul. Pohon di hutan banyak yang dicuri. Rusaknya hutan berdampak buruk bagi masyarakat. Daya dukung hutan terhadap pola perekonomian agraris hilang. Masyarakat sulit bertani, beternak, dan budi daya perikanan. Sebab, air sulit didapat.

Melihat kondisi itu, Hasanain pun berpikir untuk menghijaukan kembali wilayah yang gersang. Yaitu, dengan mengajak masyarakat melakukan penanaman pohon. Khususnya menanam di lahan milik masyarakat sendiri. Namun, kendala yang dihadapi adalah sulitnya mendapat bibit. ”Masyarakat miskin, tidak mungkin beli bibit. Di hutan juga tidak ada,” kata suami dari Hj Runiati Ilarti. Untuk mengatasi kesulitan itu, dia pun membuat nursery atau pembibitan. Yaitu, dengan menggerakkan 327 pesantren yang tergabung dalam Aliansi Pondok Pesantren untuk Gerakan Anti Korupsi (APPGAK) NTB. ”Organisasi antikorupsi ‘kan sudah banyak. Kami ajak untuk penghijauan,” papar dia.

Khusus untuk Pesantren Nurul Haramain yang dipimpinnya, dia menggerakkan ribuan santri dan orang tua mereka untuk mendukung gerakan penanaman pohon. Caranya, setiap santri wajib mencari gelas bekas air mineral untuk digunakan media tanam atau polybag. Mereka mencari di pasar, pertokoan, di acara pernikahan, pengajian, dan acara masyarakat lain. Para santri sabar menunggu untuk mendapatkan gelas air mineral. Setiap mereka harus mendapatkan 100 gelas. Ketika pulang, mereka diminta mencari bibit. ”Bibit apa pun terserah. Bisa biji buah yang mereka makan atau bibit lainnya,” terangnya. Ketika kembali ke pesantren, mereka harus membawa bibit.

Ia juga berkirim surat kepada Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama agar mengimbau para siswa sekolah dan madrasah untuk mengumpulkan gelas air mineral dan bibit pohon. Setelah bibit itu terkumpul, mereka pun dimintai melakukan penanaman pohon di Lombok Barat dan sekitarnya.

Masyarakat bebas mengambil bibit di pesantren. Dia pun mengimbau kepada masyarakat untuk menanam pohon yang bernilai ekonomis. Seperti sengon, jabon, gmelina, jati, mahoni, cengkih, dan kayu putih. Dia pun menjelaskan nilai ekonomi dari menanam pohon. Hasanain membawa kalkulator saat menemui masyarakat untuk menjelaskan secara langsung hitung-hitungan dari menanam pohon.

Masyarakat pun ramai-ramai melakukan penanaman di lahan mereka. Mereka akhirnya merasakan hasilnya. Banyaknya warga yang menanam itu bisa dilihat di lahan sepanjang jalan menuju Madani Super Camp. Lahan milik masyarakat dipenuhi pohon. Bahkan, di beberapa rumah warga terdapat tempat pemotongan kayu. Muhammad Sabirin, salah satu warga yang ditemui Jawa Pos menyatakan, dia sudah lama mengikuti program Tuan Guru Hasanain. Manfaatnya sudah dia rasakan. Pohon yang sudah besar dia jual. Hasilnya digunakan untuk membantu kuliah adiknya dan membantu perekonomian saudara lainnya.

“Dulu ekonomi sangat sulit. Mereka yang dulu menanam, sekarang sudah merasakan manfaatnya,” papar dia. Tidak hanya masyarakat umum, Hasanain juga mengajak mahasiswa juga melakukan penanaman. Ia juga menjelaskan nilai ekonomisnya. Ada ratusan mahasiswa yang mengikuti program itu. Mereka membuat kelompok untuk melakukan penanaman. Mereka meminjam lahan kosong yang tidak dimanfaatkan. Para mahasiswa mendapatkan bibit gratis dari Pesantren Nurul Haramain.

Mereka menanam pohon jati, sengon, dan pohon lainnya. Hasil dari penanaman itu, mereka gunakan untuk melanjutkan S-2. “Banyak sekali yang bisa S-2 dengan menjual pohon yang mereka tanam,” papar Hasanain. Cukup besar uang yang bisa didapatkan. Misalnya, ada kelompok mahasiswa yang menanam 10 ribu pohon sengon. Setelah tiga atau lima tahun, pohon yang bisa dipanen sekitar 5.000 pohon. Satu pohon harganya bisa mencapai Rp 500 ribu. Jika dijual mereka bisa mendapatkan uang Rp 2,5 miliar. Jika dibagi lima mahasiswa dalam kelompok itu, setiap mereka akan mendapatkan uang Rp 125 juta. ”Itu banyak dialami mahasiswa di Lombok,” ungkap dia. Ia dan para santri juga giat menanam pohon di jalan-jalan. Baik di wilayah Lombok Barat maupun di kabupaten lainnya. Salah satunya di jalan menuju Bandara Internasional Lombok (BIL). Dia tidak pernah berhenti menanam. Setiap hari, dia selalu menyempatkan diri untuk merawat tanaman.

Dia pun menyampaikan program penghijauan itu kepada Pemprov NTB dan DPRD NTB. Setelah beberapa kali bertemu, pemerintah akhirnya meluncurkan program Gerakan Gerbang Emas. Pemerintah juga menyiapkan anggaran untuk membantu pesantren dalam melakukan pembibitan. Pemerintah pun mengeluarkan peraturan gubernur (Pergub) wajib menanam pohon. “Sekarang tinggal menunggu perda yang sedang dibahas,” tuturnya.

Selain mendapatkan bantuan dari pemerintah, Pesantren Nurul Haramain selalu menyediakan anggaran sendiri untuk penghijauan. Tak tanggung-tanggung nilainya mencapai Rp 300 juta per tahun. Setiap tahun, dia menyediakan satu juta bibit. Selain disebar di wilayah NTB, bibit itu disebar ke beberapa daerah di Indonesia. Di antaranya, di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan beberapa provinsi lainnya. Tidak hanya di Indonesia, dia juga melakukan penanaman di Filipina. “Saya diundang teman aktivis lingkungan di sana,” ujar ayah empat anak itu. Dia juga diundang ke Thailand, Malaysia, dan India. Di sela-sela acara, dia juga melakukan penanaman pohon. Dari kegigihannya itu, Hasanain pun meraih berbagai penghargaan nasional dan internasional.

Penghargaan internasional yang pernah dia raih ialah Ramon Magsaysay Award. Sedangkan tingkat nasional, yaitu penghargaan dari Presiden RI untuk program penanaman semiliar pohon pada 2011 dan 2012. Ia juga meraih penghargaan dari Maarif Institute. Hasanain terus berpikir melakukan penanaman dan menyejahterakan masyarakat. Sekarang dia menggagas wisata hutan. Dia sudah mulai dengan membuat Madani Super Camp yang sampai saat ini masih berjalan. Tidak hanya di Narmada, dia juga akan mengajak masyarakat di wilayah lain yang dekat dengan hutan.

Salah satu lokasi yang dia lirik adalah hutan di dekat Gunung Rinjani yang rusak parah. Luas hutan yang rusak mencapai 58 ribu hektare. Dia sudah meminta izin kepada pemerintah untuk membuat akses ke tengah hutan gundul itu. Selanjutnya, akan dibuat lokasi pembibitan dan camp. Jadi, masyarakat yang berkunjung bisa menginap dan melakukan penanaman di lokasi itu. Dengan cara itu, hutan yang rusak itu akan hijau kembali.


BACA JUGA :

Sekian INFO BERITA LOMBOK yang kami lansir dari prokal semoga bermanfaat jangan lupa LIKE FANS PAGE dan silahkan di SHARE Terima kasih atas kunjungan anda.....

0 Response to "Ulama Plus Aktivis Lingkungan dari Lombok Sebar Bibit hingga Luar Negeri"

Posting Komentar

×