Assalamualaikum.wr.wb...
Salam sejahtera rekan-rekan sekalian kali ini INFO BERITA PENDIDIKAN akan menyampaikan berita terkait Pemerintah Kabupaten Lombok Barat Mengucurkan Anggaran Senilai Rp 93 juta Disiapkan Untuk Perang Topat , simak berita selengkapnya berikut ini.
Tradisi perang topat, merupakan tradisi adat yang dilakukan setahun sekali sebagai simbol toleransi umat beragama di wilayah pulau Lombok yang dilakukan oleh pemeluk agama Islam dan Agama Hindu. Tradisi ini biasanya di laksanakan pada awal bulan Desember bertepatan dengan rontoknya bunga pohon waru yang terdapat di wilayah Pura Lingsar. Asumi asal usul terjadinya tradisi ini pun bermacam-macam, tapi yang banyak di bicarakan adalah legenda dari sebuah kerajaan yang terdapat di wilayah Lombok Barat bernama Kerajaan Medain.TRADISI TAHUNAN: Beginilah keseruan perang topat di Pura Lingsar, di Desa Lingsar |
Konon pada zaman dahulu Raja dari Kerajaan Medain mempunyai seorang putra bernama Raden Mas Sumilir yang bergelar Datu Wali Milir. Di riwayatkan Datu Wali Milir menancapkan tongkatnya di tanah Bayan, ketika tongkatnya di cabut dari tanah bekas tempat tongkat itu di tancapkan mengalir air dari perut bumi dengan derasnya. Dalam pengucapan bahasa Sasak air yang muncrat tersebut di namakan langser dan berubah pengucapan menjadi lengser, sehingga daerah tersebut di namakan desa Lingsar.
Entah bagaimana, Sumilir hilang di situ. Atas musibah itu, seisi istana dan warga sedih. Kesedihan itu berlarut hingga dua tahun. Buntutnya, semua orang melupakan urusan kehidupan. Suatu ketika keponakan Sumilir, Datu Piling, menemukan pamannya itu di lokasi mata air tadi. Dalam pertemuan itu disebutkan, kalau mau menemui Sumilir, hendaklah datang ke mata air itu.
Maka Datu Piling pun memerintahkan pengiringnya untuk menyambut pertemuan itu. Ketupat beserta lauknya dipersiapkan. Pertemuan pun terjadi sekitar pukul 16.00. Setelah itu Raden Mas Sumilir kembali menghilang. Tapi sejak Sumilir menghilang kedua kalinya, warga Lingsar
kembali menikmati kemakmuran. Sumber air melimpah, dan siap dipakai mengairi sawah.
Dalam Perang Topat bagi umat Hindu adalah waktu yang tepat untuk melakukan sebuah ritual keagamaan, sedangkan bagi umat Islam lebih memandang Perang Topat sebagai sebuah tradisi atau budaya yang harus dilestarikan. Perebutan disini melambangkan peperangan, artinya peperangan dengan cara-cara yang baik, ada sifat kesatria dengan merebut topat yang telah dilemparkan.
Tampaknya kita harus belajar dari tradisi luhur yang dimiliki nenek moyang kita tempo doeloe. Di saat negeri ini diganggu berbagai konflik berbau SARA (suku, agama dan ras), di Lombok justru hidup dan berkembang tradisi perang topat. Sebuah tradisi tahunan yang mempertontonkan kerukunan antarsuku–Sasak (Lombok) dan Bali. Kendati mereka berbeda suku, toh tetap saja bisa melaksanakan hajatan secara bersama-sama. Mereka terlihat nyaman dan penuh kedamaian melaksanakan tradisinya.
BACA JUGA :
- Awas, Ada Razia! Operasi Zebra Dimulai dari tanggal 16-29 desember
- Hujan deras disertai angin kencang dan puting beliung kembali memakan korban Di Lombok Tengah
- Pemerintah Kabupaten Lombok Barat Mengucurkan Anggaran Senilai Rp 93 juta Disiapkan Untuk Perang Topat
- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Memetakan Dua Kecamatan Masuk Daerah Rawan Puting Beliung
- Puluhan pasangan tertangkap tangan tengah indehoi di berbagai kamar hotel di Mataram
- Artis Lombok Angga Aldi Yunanda ‘Mermaid In Love’ Masuk Daftar Nominasi SCTV Awards
Sekian INFO BERITA LOMBOK yang kami lansir dari info2media semoga bermanfaat jangan lupa LIKE FANS PAGE dan silahkan di SHARE Terima kasih atas kunjungan anda.....
0 Response to "Sejarah Asal-Usul Perang Topat Di Lingsar Lombok Barat"
Posting Komentar