Assalamualaikum.wr.wb...
Salam sejahtera rekan-rekan sekalian kali
ini INFO BERITA LOMBOK akan menyampaikan berita terkait, simak
berita selengkapnya berikut ini.
Pernahkah anda menemui anak bermata biru? Lapisan iris dengan warna indah ini, konon disebut adalah warisan dari leluhur mereka yang hidup di 6 ribu sampai 10 ribu tahun silam. Lantas apa kelebihan si mata biru ini?
ENTAHLAH. Rasanya aneh. Bocah itu, tak membelalakan mata. Biasa saja. Tetapi, tatapannya, rasanya tajam sekali. Apa mungkin karena mata dengan iris biru itu? Sekali lagi, entahlah.
Bocah itu, baru berusia 8 tahun. Nama lengkapnya, Syazila Husna. Ia lahir dari pasangan, Zaenudin alias Jhon dengan Asmara Wulandari.
SAYANG ADIK : Syazila gadis bermata biru (kanan) berpose dengan adiknya Zaidan Asrori di teras rumah, kawasan Petemon, Mataram Dok. Lombokpost |
“Ketika dia lahir, bidan-bidan banyak terkejut dan takjub” cerita Jhon.
Bagaimana tidak. Ini memang, tak lazim. Jika Syazila, lahir di bumi belahan Eropa, tak perlu takjub. Di sana, orang bermata biru banyak. Tapi ini, beda. Bocah itu lahir, dari keluarga sederhana. Juga dari silsilah keluarga, Jhon nyaris tak menemukan riwayat, kakek moyangnya ada dari Eropa.
“Ndak ada. Ini (mata biru) anugrah,” tegas Jhon. Pria itu nampak bangga.
Dalam catatan teori, memang warna dasar mata ada sembilan. Mulai coklat, biru, abu-abu, hijau, hitam, amber, violet, hazel dan heterochromia.
Namun yang menjadi warna induk dari warna-warna itu, awalnya adalah coklat. Sementara warna dasar lain bisa muncul, karena secara saintific, dimungkinkan oleh mutasi genetis.
Di beberapa literatur, disebutkan pemilik mata biru ini nenek moyangnya disebut berusia 60 ribu sampai 10 ribu tahun silam. Memang dalam ‘pewarisan’ mata biru, tidak harus turun-temurun dalam lintas generasi.
Bisa saja, anak cucunya ada yang kembali ke warna dasar coklat. Baru kemudian, puluhan, ratusan atau ribuan tahun berikut, dalam garis silsilah, mata biru muncul di keturunan itu. Pemilik mata biru banyak bermunculan di Belanda, Jerman, Islandia, Swedia, Austria, Finlandia, Estonia, Denmark dan Norwegia.
Namun khusus, di Asia apalagi Timur Tengah, pemilik mata indah ini jarang ditemui. Secara teori, warna mata muncul dari pigmentasi warna hitam kecoklatan pada epithelium (lapisan pigmen iris).
Zyazila masih memandang awas. Seperti ada yang membuatnya tak nyaman. Ia keluar masuk, kamar ayahnya. Lalu mengintipi wartawan Koran ini. Senyum sapa, pun tak digubris. Wajahnya tetap datar.
“Sini nak, tidak boleh begitu,” tegur Jhon lembut. Tapi anak itu malah berlari, menjauh.
Risih dan serba tak enak rasanya. Apa dia melihat ada ‘sesuatu’ diantara kami berdua. Tapi, Jhon masih memilih tak menjelaskan itu. Bocah itu juga, tak mau bicara sedikitpun. Meski sudah disapa berkali-kali.
John lebih tertarik, bertutur ke-indigo-an putrinya. Cukup membuat bulu kuduk berdiri dan darah berdesir.
“Kalau dia bilang jangan pergi, saya tidak akan pergi, sebab saya yakin Tuhan memberi dia kemampuan melihat sesuatu yang tak nampak bagi manusia normal,” ungkapnya, kemudian.
Syazila, memang beberapa kali mengingatkan John. Terutama saat hendak berpergian kemanapun. Jhon, selalu patuh. Ia memang pernah, menolak peringatan putrinya. Sekali. Tapi itu dulu. Saat ia belum tahu, kelebihan Syazila.
Saat itu, dia, istri dan putrinya hendak kesuatu tempat. Saat melewati, Karang Taliwang, tiba-tiba roda mobil depan terpental. Sangat keras. Beberapa warga yang melihat, sempat panik. Untungnya, Jhon sigap. Mobil berhasil direm, sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Baru saya ingat, anak saya sudah mengingatkan sebelum kami berangkat,” kata dia.
Koran ini kembali dibuat termangu. Hebat sekali bocah ini. Saat mengusap lengan, kulit rasanya kasar. Bulu kuduk, makin kencang berdiri.
Tidak hanya kali itu saja Jhon diingatkan putrinya. Putrinya itu, bahkan bisa melihat sesuatu yang tak tampak mata. Makhluk halus. Lelembut, istilah Jawanya. Boro belate, istilah Sasaknya.
Tapi karena sudah terbiasa, Syazila tidak takut. Walau rupa makhluk itu menyeramkan. Sewaktu-waktu, jika ada boro belate yang mau menganggu Jhon, Syazila menarik lengan sang ayah. Agar tidak melewati jalan atau kamar itu. Begitu juga, cara Syazila mengingatkan Ibu dan adiknya.
Tapi, rasa takjub sirna. Gestur dan gerak-gerik Syazila membuat perasaan tak nyaman. Apa gadis itu melihat ada makhluk lain di antara kami? Anehnya, Jhon seperti tak menyadari gelagat tak biasa putrinya. Padahal anak itu, sudah berlari mondar-mandir, bahkan tanpa bicara sepatah katapun.
Koran ini pun mencoba melawan rasa tak nyaman. Walau sempat ragu, gelagat Syazila diutarakan pada Jhon. Tapi anehnya, Jhon malah tersenyum lebar. Ia menepuk bahu pundak wartawan Koran ini. Lalu, menenangkan hati saya. Tidak ada apa-apa. tidak ada hantu atau makhluk halus juga di antara kami berdua.
“Di balik kelebihan ada kekurangan, itu sudah sunatullah. Anak saya diberi kemampuan melihat hal-hal di luar kemampuan manusia normal, tetapi di sisi lain ia memang sedikit mengalami ganguan di pendengarannya, sehingga mempengaruhi kemampuan bicaranya,” terang Jhon.
Jadi, kalau Syazila, semenjak tadi mengintip, mondar-mandir tanpa bicara, itu rupanya cara dia saja untuk menyapa tamu yang baru dilihat untuk pertama kalinya. Nafaspun bisa terhela dengan lega.
BACA JUGA :
Sekian INFO BERITA LOMBOK yang kami lansir dari lombokpost.net semoga
bermanfaat jangan lupa LIKE FANS PAGE dan silahkan di SHARE Terima kasih atas
kunjungan anda.....
0 Response to "Bocah Bermata Biru Asal Petemon, Mataram Dipercaya Indigo, Bisa melihat Boro Belate (makhluk halus)"
Posting Komentar