السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
SALAM SEJAHTERA untuk kita semua
pembaca sekalian kali ini BERITA LOMBOK akan menyampaikan berita terkait Tenun Subahnale merupakan aset berharga dari Suku Sasak di Lombok yang sejarahnya berasal dari lafaz Subhanallah,
simak berita selengkapnya berikut ini.
Lantunan kalimat tasbih Subhanallah (Maha Suci Allah SWT) berulang kali terucap dari setiap mulut wanita suku Sasak di Desa Sekarara, Lombok, Nusa Tenggara Barat, saat sedang menenun. Kalimat tasbih itu merupakan asal muasal kain tenun khas Lombok yang bernama tenun Subahnale.
Tenun Subahnale merupakan aset berharga dari Suku Sasak di Lombok yang sejarahnya berasal dari lafaz Subhanallah |
Pengulangan lafaz Subhanallah merupakan wujud emosional mereka ketika membuat tenun Subahnale. Pasalnya, kain itu memiliki tingkat kerumitan tinggi dan dikerjakan dengan cara manual menggunakan alat tenun tradisional.
Kain Subahnale memiliki kekhasan sendiri dibandingkan dengan kain tenun lain. Kain itu memiliki motif segi enam, yang di dalam setiap motif tersebut, berisi berbagai corak, mulai dari bunga hingga bentuk abstrak.
Motif yang terbangun di dalam tenun tersebut pun tidak dibuat sembarangan. Itu merupakan warisan yang diberikan oleh leluhur suku Sasak sejak dahulu kala. Hal itulah yang juga menjadi nilai tambah bagi tenun Subahnale.
Proses membuat kain Subahnale dilakukan dengan cara menyusun setiap helai benang secara horizontal. Jenis benang yang digunakan adalah benang katun. Sementara pewarnaan benang masih menggunakan pewarna alami yang berasal dari tumbuhan.
Waktu penggarapan setiap tenun Subahnale tidak bisa ditentukan. Namun pada umumnya, tiap helai kain itu dikerjakan paling cepat selama satu bulan. Lamanya waktu penenunan itu dipengaruhi oleh tingkat kesulitan dari motif, serta ukuran setiap tenun.
Pada umumnya, ukuran tiap satu helai tenun Subahnale bervariasi, mulai 1 meter x 50 centimeter, hingga 2 meter x 1 meter. Ukuran kain tersebut sesuai dengan fungsinya, mulai dari untuk hiasan, hingga untuk pakaian.
Bunga, masyarakat asli Desa Sekarara mengatakan, tenun Subahnale sangat bernilai bagi perempuan keturunan suku Sasak. Tenun itu merupakan mahar yang wajib diberi wanita kepada setiap pria yang meminangnya. Oleh karena itu, setiap wanita Sasak diwajibkan untuk bisa membuat kain tersebut.
"Kalau tidak bisa membuat kain Subahnale, belum bisa menikah. Harus bisa dulu," ujarnya kepada CNNIndonesia.com di Desa Sekarara, Lombok, NTB, belum lama ini.
Ia menjelasakan, pembuatan tenun biasa dilakukan mulai pertengahan tahun hingga akhir tahun. Sebelumnya, para wanita Sasak membantu para pria bercocok tanam di ladang. Kebiasaan itu juga dilakukan nenek moyang suku Sasak, yang terus dipraktikkan hingga kini.
Sementara itu, Bunga berkata, tenun Subahnale merupakan salah satu sumber pendapatan para masyarakat Desa Sekarara. Ia mengaku, bisa memperoleh pemasukan sebesar Rp1 juta sampai Rp2 juta perbulan dari menjual tenun tersebut.
Namun, ia menjelaskan, tiap harga satu tenun tergantung dari ukuran dan kerumitan. Oleh karena itu, ia menyebut, harga satu helai tenun Subahnale bisa berkisar ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Profesi yang Mulai Langka
Di era kemajuan teknologi dan perkembangan pariwisata, penenun di Desa Sekarara mulai berkurang. Para remaja keturunan Sasak kini lebih memilih bekerja di sektor pariwisata atau pergi ke ibu kota.
Bunga menuturkan, putrinya juga merupakan salah satu yang terkena dampak kemajuan pariwisata di Lombok. Ia terpaksa memberi izin putrinya untuk bersekolah di Sekolah Menegah Kejuruan Perhotelan yang ada di Lombok.
Ia khawatir, sang anak tidak bisa mendapat kesejahteraan ekonomi jika hanya mengandalkan tenun atau hasil tanam.
"Kalau disekolahkan ke SMK Perhotelan bisa kerja di hotel. Di Lombok sekarang banyak hotel yang butuh pekerja," ujarnya.
Hingga kini, ia berkata, penenun yang ada di Desa Sekarara hanya berjumlah puluhan. Padahal dahulu, setiap perempuan keturunan sasak wajib menjadi penenun untuk menjaga nilai budaya leluhur.
Meski demikian, ia yakin, kemajuan pariwisata di Lombok akan berdampak positif bagi kelestarian tenun Subahnale. Menurut dia, perkembangan pariwisata akan mendongkrak perhatian pemerintah untuk menjaga aset budaya tersebut.
Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Nusa Tenggara Barat menyebut, kunjungan pariwisata ke Lombok tahun ini mengalami peningkatan signifikan, yaitu sebesar 21 persen dari evaluasi kunjungan wisatawan tahun lalu yang mencapai 2 juta lebih wisatawan.
Tahun ini, Disbudpar NTB juga menargetkan bisa menjaring 3 juta wisatawan, baik mancanegara maupun lokal. Hal tersebut merupakan bentuk keyakinan Pemerintah NTB atas banyaknya aset wisata yang ada NTB, khususnya Lombok.
SUMBER : http://www.cnnindonesia.com/
Demikian BERITA
LOMBOK terkait Tenun Subahnale merupakan aset berharga dari Suku Sasak di Lombok yang sejarahnya berasal dari lafaz Subhanallah semoga bermanfaat jangan lupa LIKE FANS PAGE dan
silahkan di SHARE Terima kasih atas kunjungan anda.....
0 Response to "Tenun Subahnale merupakan aset berharga dari Suku Sasak di Lombok yang sejarahnya berasal dari lafaz Subhanallah"
Posting Komentar